MENGENALI LIKA-LIKU ANAK DENGAN DISLEKSIA? - Spesial HUT Layanan Psikologi Rumah Mentari Ke-12
Oleh:
dr. Denny W. Sigarlaki, M.Sc., Sp.A
(K)
Hai haii, Mentari’s! Mintari kembali
hadir dengan materi dari dr. Denny W. Sigarlaki, M.Sc., Sp.A (K) yang sudah
sempat disampaikan pada kegiatan “Webinar Lika-liku Anak dengan Disleksia"
sebagai bentuk memeringati dan memeriahkan HUT Layanan Psikologi Rumah Mentari Ke-12 pada tanggal 23 Februari 2025, lalu. Mintari’s kalau penasaran gimana
keseruannya dan penjelasan lebih lengkapnya, bisa langsung cekk di sinii, yaaaa!
Okeeyy, back to pembahasan. Kali ini
mintari akan bahas sesuatu yang sering kali jadi tantangan bagi banyak anak dan
juga orang tua maupun guru, yaitu disleksia. Mungkin sebagian dari mintari’s
sudah mengenal istilah ini, tapi belum benar-benar paham apa saja penyebabnya,
gejalanya, dan bagaimana cara membantu anak-anak yang mengalaminya. Jadii? Yuk,
kita kupas tuntas!
Apa
Itu Disleksia?
Disleksia adalah gangguan
perkembangan yang utama mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca dan menulis.
Menurut penelitian, disleksia bukan karena anak kurang pintar, lho! Tapi lebih
karena adanya gangguan neurologis yang berkaitan dengan kemampuan fonologi—yaitu
mengenali suara dan membedakan huruf. Jadi, anak-anak disleksia biasanya
mengalami kesulitan membaca, mengeja, dan tulisannya tidak terbaca dengan baik.
Menariknya, sekitar 1 dari 10 anak di dunia mengalami disleksia, loh!
Ciri-ciri
Disleksia Sejak Dini hingga Dewasa
Pada usia dini, anak dengan
disleksia sering menunjukkan tanda seperti sulit mengenal huruf dan angka,
lambat dalam membaca, dan malas menulis. Jika tidak ditangani, tantangan ini
bisa berlanjut hingga usia dewasa. Di sekolah menengah, mereka mungkin
membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas, sering melakukan
kesalahan membaca, dan merasa kesulitan belajar tata bahasa asing atau konsep
matematika. Mereka juga sering merasa frustrasi, susah menjalin komunikasi, dan
merasa tidak percaya diri.
Penyebab
dan Faktor Risiko
Disleksia umumnya terkait faktor
genetik. Kalau orang tua atau anggota keluarga lain pernah mengalaminya,
kemungkinan anak juga berpotensi mengalaminya. Selain itu, ada juga faktor lain
seperti adanya disabilitas intelektual, gangguan pendengaran, penglihatan, atau
autisme yang bisa memperburuk kondisi belajar anak.
Namun, bukan hanya disleksia saja
yang menyebabkan kesulitan belajar. Ada juga faktor seperti tingkat kecerdasan
di bawah rata-rata, perhatian dan perilaku yang terganggu, serta metode belajar
yang tidak sesuai. Jadi, penting sekali mengenali aspek ini agar penanganannya
bisa tepat.
Gejala
Disleksia dan Kesulitan Umum Anak
Selain gangguan membaca dan menulis,
anak-anak disleksia sering kali menunjukkan tanda-tanda seperti sulit mengenal
huruf, mengeja, dan mengingat urutan angka. Bahkan, mereka bisa kesulitan
mempelajari konsep matematika dan menyusun pola atau diagram. Gejalanya bisa
berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan dan usia anak.
Strategi
Mengajar dan Membantu Anak Disleksia
Apa yang bisa dilakukan orang tua
dan guru? Banyak sekali! Berikut beberapa strategi yang efektif:
- Gunakan Tanda Visual dan Verbal: misalnya panah dan istilah yang konsisten saat
mengajar.
- Contohkan Langsung:
guru bisa memberi contoh dan anak meniru serta melakukan verbal self-talk.
- Memberikan Ruang Lebar saat Menulis: pakai kertas garis tebal agar anak tidak keluar
jalur.
- Pakai Teknologi dan Media Alternatif: seperti mengetik, aplikasi belajar, tanah liat,
lukisan, ataupun bermain dengan media lain seperti pasir dan sabun untuk
melatih motorik halus mereka.
- Berikan Umpan Balik Spesifik: jangan hanya bilang “kerapihan”, tapi jelaskan bagian
mana yang harus diperbaiki dan ulangi lagi.
- Bersabar dan Konsisten: karena proses belajar mereka membutuhkan waktu lebih,
serta pendekatan yang khusus dan sabar.
Penanganan
Disgrafia dan Kesulitan Motorik
Kalau anak punya gangguan menulis
yang lebih berat atau disgrafia, latihan untuk memperbaiki kekuatan otot tangan
dan koordinasi mata-tangan sangat penting. Media seperti tanah liat, pasir,
atau melukis bisa membantu meningkatkan kemampuan motorik halus mereka.
Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan Orang Tua dan Guru
Kuncinya adalah memahami bahwa anak disleksia butuh metode belajar yang berbeda dan berbasis bukti ilmiah. Membantu mereka dengan pendekatan yang tepat akan membuat mereka berkembang dan percaya diri. Jangan lupa, setiap anak itu unik dan memiliki potensi yang luar biasa, tinggal bagaimana kita memberi mereka kesempatan dan dukungan terbaik.
Jadi, mintari's, itu dia beberapa hal tentang disleksia dan cara mendukung
anak-anak hebat seperti mereka. Yuk, kita terus dukung anak-anak keren ini! Disleksia itu
bukan halangan kok—justru mereka punya potensi besar. Yang terpenting, kita
terus belajar dan berusaha bikin suasana yang nyaman dan penuh pengertian.
Dengan cara kayak gitu, mereka pasti bisa berkembang dan bersinar. Tetap
semangat dan terus berikan dukungan ya!
Komentar
Posting Komentar