TOXIC RELATIONSHIP oleh Nanda Wijayanti, M. Psi., Psikolog
TOXIC
RELATIONSHIP
Teori Cinta “Sternberg”
3 Komponen Cinta
1. Intimasi
Merupakan kedekatan
emosional yang timbul karena saling percaya antar individu. Hal tersebut
memberikan pemberian respon yang baik.
· Intimasi memunculkan
sebuah kehangatan, pemahaman, komunikasi dan support.
2. Passion
(gairah)
Merupakan hubungan yang
didorong oleh hasrat sex dan biasanya berkaitan dengan pesona fisik antar
individu satu dengan yang lain.
· Passion menjadi faktor
awal yang menarik bagi individu untuk memulai sebuah hubungan. Passion
direalisasikan dengan cara menyentuh, bergandengan, dan berbagai aktivitas
fisik lain.
3. Komitmen
Merupakan komponen
cinta yang paling tinggi berisikan harapan yang dibangun.
3 Komponen tersebut jika ada salah satu yang hilang maka akan menimbulkan ketidakseimbangan.
Dalam menjalani sebuah hubungan membutuhkan kompromi dari kedua belah
pihak. Jika dalam prosesnya terjadi konflik atau pertengkaran maka hal tersebut
merupakan sesuatu yang wajar, akan TETAPI jika dalam prosesnya menyebabkan 3T
(Tertekan, Terancam, Terpaksa) maka hal tersebut sudah termasuk hubungan yang
tidak sehat.
TOXIC RELATIONSHIP
Toxic Relationship merupakan hubungan yang tidak sehat sehingga menyebabkan
pasangan merasa tidak nyaman, kurangnya dukungan, dan merasa direndahkan.
Hubungan Toxic Relationship berkaitan dengan lingkaran aksi reaksi yang tidak proporsional.
Contoh :
Pembicaraan => Pertengkaran
Kekecewaan => Kemarahan
Pasangan kesulitan => Diomeli
Minta tolong => Diremehkan
HUBUNGAN TOXIC
· Satu arah:
- Satu orang merespon masalah proporsional, sedangkan
- Satunya membesar-besarkan atau menyalahkan. Hal ini menunjukkan respon yang bertentangan dan dapat menciptakan hubungan yang negatif.
Dua
arah
- Pasangan tidak memberikan respon yang sehat untuk setiap masalah
CIRI
PELAKU TOXIC
- Meremehkan, perilaku
toxic dalam hubungan bisa ditandai dengan adanya sikap meremehkan antar
pasangan. Sikap meremehkan tersebut bisa dalam bentuk ejekan yang berlebihan
dan kritik kepada pasangan, sehingga hal ini yang bisa menyebabkan perasaan
tidak nyaman dan kurang berharga dalam sebuah hubungan.
- Menciptakan rasa bersalah, Pelaku toxic biasanya seringkali melakukan tindakan manipulasi kepada pasangannya sehingga hal tersebut menyebabkan pasangannya merasa bersalah. Perlakuan tersebut yang akhirnya dapat menyebabkan stres emosional ataupun konflik dalam hubungan.
- Tempramental, pasangan
yang memiliki watak tempramental dan kurang dapat mengontrol emosi negatifnya
tentu kurang baik dalam menjalin hubungan, hal ini akan berakibat pada kondisi
hubungannya yang kurang stabil dan tidak nyaman.
- Mengambil keuntungan,
Pelaku toxic yang mengambil keuntungan tentunya mereka tidak akan memperdulikan
pasangannya dan cenderung tidak akan menghargai perasaan dari pasangan.
- Mengatur, pasangan yang
selalu mengatur akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam hubungan karena adanya
perasaan tertekan dan terkekang, pada akhirnya hal ini akan menyebabkan
kerusakan kepercayaan pada pasangan.
- Paranoid, yaitu gangguan
kepribadian yang menyebabkan pelakunya memiliki rasa curiga berlebihan dan
tidak percaya kepada oranglain tanpa alasan yang jelas.
CIRI-CIRI TOXIC
-
Kekerasan dalam hubungan
(Sex, Fisik, Psikis, ekonomi)
-
Perasaan tidak nyaman/
puas dalam hubungan
Perasaan tidak nyaman dalam hubungan
merupakan salah satu ciri toxi
-
Merasa dimanfaatkkan/eksploitasi
-
Tidak bisa jadi diri
sendiri
-
Komunikasi buruk, selalu
dikontrol, sering dibohongi
-
Tidak dapat dukungan dan
kepercayaan
DAMPAK
·
Fisik : Mengakibatkan
cidera fisik
·
Sosial : Menutup diri
dari lingkungan sosial
· Ekonomi : Terjebak
pinjaman, seperti pinjaman online atau mudah sekali berhutang dengan temannya
dengan alasan yang di buat-buat.
· Psikologi : Hadirnya
perasaan inferior, mudah menyalahkan diri sendri, rasa cemas yang hadir tanpa
sebab ,depresi, dan potensi pengalaman
yang akan terlulang kembali.
SIKLUS TOXIC
1.
Tension building :
kondisi atau situasi dimana ketegangan yang mulai terjadi, komunikasi terputus
antara pelaku dan korban, disertai dengan adanya rasa ketakutan berlebihan dari
korban yang membuatnya berusaha untuk menenangkan pelaku.
2.
Konflik / insiden : suatu hubungan pasti
pernah mengalami sebuah konflik, namun konflik yang terjadi di sini sebuahkan
peristiwa yang tidak patut untuk di teruskan sehingga muncullah insiden
pertengkaran yang hebat atau sampai melukai fisik korban.
3. Honeymoon : pelaku akan
meminta maaf, memberi janji-jani, memberi hadiah dan juga akan menyalahkan
dirinya sendiri. pelaku akan mengakui bahwa dia salah, memberikan alasanya
bahwa itu kebaikan korban, karena pelaku sayang pada korban. pelaku akan
memperlakukan pasangannya dengan manis bahkan rela melakukkan apapun untuk
“baikan”
Faktor Lain :
1.Adanya
perasaan bergantung pada pasangan
2.
Menggantungkan hidupnya pada pasangan
3.
Hadirnya perasaan malu jika putus
4.
Adanya ancaman dari pasangan
TERDAPAT DUA CARA UNTUK MENGHADAPI TOXIC RELATIONSHIP,
YAITU DENGAN CARA INTERNAL DAN EKSTERNAL
Ø INTERNAL
1. Mengevaluasi kondisi
hubungan
·
Apakah terjadi perubahan
dari sebelumnya?
·
Apakah ada yang
mendominasi ?
·
Apakah ada batasan yang
terlewati?
2. Intropeksi diri
bersama
3. Membangun komunikasi
yang baik atau memperbaiki komunikasi
4. Asertif
·
Jujur, Terbuka, Tegas
·
Rasional
·
Menyatakan
5. Memberikan ruang untuk
berubah dan perbaiki diri
6. Memperbaiki perbatasan yang terlewati
Ø EKSTERNAL
1. Terbuka dengan
penilaian orang lain
2. Terbuka dengan bantuan
orang lain
3. Jangan menutup diri
4. Temukan dukungan
BANTUAN PIHAK LAIN YANG BISA DI LAKUKAN
Ø Konfirmasi :
- Hubungan toxic sulit di identifikasi
- Contoh menutupi, takut konsekuensi lain
- Berikan pendapat objektif
Ø Bersikap terbuka
- Jadi pendengar yang baik
- Junjukkan empati
· - Berikan saran dan
dukungan
Ø Saran
untuk menemui professional
MENCEGAH TOXIC RELATIONSHIP
1.
Pahami healty relationship
•Berhubungan dengan teman
yang beragam
•kenali ciri-ciri yang
mengarah ke toxic lalu pelan-pelan hindari
•Asertif
•Bila terlanjur sayang
coba untuk di pikirkan kembali apakah bisa menjali suatu komitmen
2.
Fleksibilitas ( kemampuan untuk adaptasi dan negosiasi)
•Perlu
untuk menyesuaikan diri dengan pasangan
•Jangan
memaksakan kehendak
•Komunikasi
dan lakukan negosiasi lalu temukan kesepakatan
3.
Keterampilan komunikasi,
kompromi, dan manajemen konflik. Keterlibatan setiap pihak dalam menyelesaikan
masalah adalah hal yang penting. Untuk
itu, seseorang perlu memiliki 3 keterampilan berikut, yaitu :
•
Komunikasi : bicarakan setiap masalah yang ada
•
Kompromi : temukan kesepakatan
•
Manajemen konflik : kelola masalah dan susun strategi bersama
4.
Bedakan perilaku
disfungsi, normatif, dan romantis
•
Disfungsi : adalah suatu hal yang tidak bermanfaat
•
Normatif : adalah hal yang wajar atau umum terjadi
•
Romantis : adalah suatu hal yang dilakukan pada hubungan tertentu namun ada
balasannya
5.
Ciptakan keterbukaan dan
dukungan
CARA MENGAKHIRI
•
Sadari tujuan dalam berelasi
•
Hitung kelebihan dan kekurangan pasangan
•
Ingat prinsip diri
•
Interaksi dengan orang yang memberikan dampak positif
•
Cari bantuan
•
Kamu bukan orang yang bertanggungjawab atas keberlangsungzn pasanganmu
Komentar
Posting Komentar